Sabtu, 21 Juli 2018

Budidaya Jahe gajah Organik

Jahe gajah polybag
                Jahe merupakan tanaman obat  dan termasuk tanaman berbatang semu yang berasal dari Afrika, terus menyebar sampai di negeri china. Tanaman ini merupakan bahan dasar pembuaatan obat-obatan bagi bangsa china dalam upaya pencegahan dan pengobatan penyakit.
Di Indonesia, jahe telah lama di kenal sejak jaman dahulu dan telah di budidayakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia secara tradisional dan dalam skala kecil. beberapa tahun belakangan ini Jahe putih atau gajah di budidayakan secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan ekspor. di beberapa daerah misalnya telah menanam jenis jahe gajah dalam skala yang lebih luas secara berkelompok dengan produksi yang cukup tinggi.
Hasil produksi Jahe yang tinggi pada periode tertentu seringkali menyebabkan penurunan harga yang sangat rendah dan menyebabkan kerugian bagi petani jahe di beberapa tempat di Indonesia. Dengan penurunan harga Jahe pada periode tertentu, para petani biasanya menahan tanaman jahenya untuk tidak memanen, sambil menunggu harga jahe membaik kembali. Sayangnya jahe yang tinggal di lahan melewati masa panen ( 9 bulan ) biasanya mengalami penyusutan rimpang atau membusuk akibat penanganan yang keliru.
             Jahe gajah yang dihasilkan dari lahan-lahan petani selama ini masih menggunakan pupuk buatan yang mereka beli dari toko-toko pertanian , untuk meningkatkan produksi dan memperbaiki pertumbuhan jahe. Sementara saat ini banyak konsumen membutuhkan jahe yang dibudidayakan secara organik, untuk memenuhi kebutuhan pembuatan obat herbal dan minuman segar, namun sayang ketersediaan jahe gajah organik di pasaran hampir pasti tidak kita temukan kecuali dalam skala kecil. Untuk memenuhi kebutuhan jahe ornagik  beberapa komunitas petani jahe membudidayakan Jahe di dalam polybag atau karung sesuai kemampuan modal mereka , hal ini pun belum dapat dikatakan benar-benar Jahe organik yang dihasilkan. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh pengetahuan dan keterampilan yang belum memadai sehingga Jahe yang dihasilkan masih mengandung pestisida.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya Jahe organik antara lain :
  1. Lahan budidaya harus steril dari penggunaan pestisida 
  2. Bibit jahe yang digunakan berasal dari sumber bibit yang bebas dari pestisida
  3. Media tanam yang di gunakan tidak mengandung pupuk buatan atau pestisida
  4. Penanganan hama dan penyakit hanya menggunakan pestisida organik ( hasil buatan sendiri tanpa bahan kimia )
  5. Pada saat panen, hindari tempat penyimpanan yang mengandung bahan-bahan kimia
 Untuk menghindari serangan hama dan penyakit sebaiknya gunakan waring atau paranet untuk naungan dan dinding tempat budidaya jahe, sehingga serangan serangga pembawa penyakit dapat teratasi.
Selain itu, saat pemupukan maka pupuk yang boleh di gunakan hanya pupuk organik atau kompos atau bokasi hasil produksi sendiri.
Demikian tips budidaya jahe organik, semoga kita semua terhindar dari bahan-bahan kimia yang membahayakan kesehatan kita.
Sekedar share semoga bermanfaathttp://pertanianorganik.com/

Jumat, 20 Juli 2018

Budidaya cabe dan sayuran Organik

Kebun cabe organik

Budidaya cabe dan sayuran organik merupakan produk yang bebas dari pestisida atau tanpa penggunaan bahan-bahan kimia seperti racun rumput pada saat pembukaan lahan, racun hama saat pengendalian hama dan penyakit dan pupuk buatan atau pupuk anorganik dalam upaya meningkatkan kesuburan dan produksi tanaman. Bertani ornagik sebenarnya bagi masyarakat desa dan masyarakat adat bukanlah hal yang sulit, mereka telah terbiasa dengan cara bertani secara turun-temurun, menanam tanaman pangan, sayuran bahkan Cabe pun di budidayakan dengan tanpa pestisida buatan. mereka hanya mengenal teknik budidaya yang alami dari para leluhur mereka. 
Perkembangan teknologi yang telah merambah sampai kepada petani di pedesaan dan masyarakat lokal/adat telah memaksa mereka untuk mengikuti penerapan teknologi budidaya pertanian yang banyak menggunakan pestisida, pupuk buatan yang disosialisasikan oleh pemerintah dengan maksud untuk memaksimalkan hasil produksi.
Teknologi terapan dengan penggunaan pupuk, pestisida dalam budidaya pertanian dan perkebunan telah menciptakan ketergantungan baru dan secara berkelanjutan bagi petani di pedesaan dan masyarakat adat untuk kegiatan budidaya mereka. Mereka di anggap tidak menerima teknologi di sektor pertanian dan perkebunan jika tidak menggunakan pupuk dan pestisida, mereka di anggap golongan lagard ( sulit menerima perubahan ) oleh para ahli dan para pihak yang terkait di bidangnya.
Sehingga hampir seluruh petani di Indonesia dewasa ini akan berteriak jika ketersediaan pupuk dan pestisida di pasaran berkurang, atau bahkan menghilang.
Ketergantungan terhadap penggunaan pupuk dan pestisida yang telah berlangsung puluhan tahun dari petani telah menimbulkan dampak buruk bagi hasil-hasil produksi mereka, di mana hasil produksi dari usahatani sayuran, cabe dan padi sawah pasti mengandung pestisida, lalu kita mengkonsumsinya.
dan saat yang sama kita sebagai konsumen telah memasukkan bibit-bibit penyakit dari hasil-hasil pertanian yang tidak ramah lingkungan ke dalam tubuh kita. Pada periode tertentu mungkin kita belum merasakan dampak dari residu / kandungan pestisida dalam sayuran, dan cabe yang kita konsumsi, namun mungkin pada beberapa tahun kemudian kita akan merasakan sakit yang sulit disembuhkan, bahkan menyebabkan kematian.
Kini kesadaran untuk mengkonsumsi hasil-hasil pertanian tanaman pangan dan sayuran yang bebas dari pupuk dan pestisida mulai di sadari dan di lakukan oleh banyak pihak, akan tetapi untuk memperolehnya masih sangat sulit, dan masih susah di bedakan mana produk organik dan mana non organik.
Kesadaran akan produk sayuran organik dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga sehari-hari perlu mulai dilakukan gerakan menyeluruh dari parapihak sehingga petani mau memproduksinya. Keengganan para petani untuk memproduksi sayuran dan cabe organik di lahan-lahan mereka juga di pengaruhi oleh permintaan dan harga yang sering kali mereka di hargai dengan sangat tidak wajar. padahal untuk memproduksi sayuran organik membutuhkan lahan-lahan baru, membutuhkan teknik yang benar sesuai standar organik, serta biaya yang besar pula.
oleh karenanya kami mencoba memperkenalkan cara budidaya sayuran organik organik yang memenuhi standar minimal sesuai pengalaman dan pengetahuan yang di miliki :

Teknik budidaya sayuran organik :
1.         Pemilihan lahan budidaya
Lahan budidaya yang direncanakan merupakan lahan baru atau paling tidak selama 5 tahun tidak  menggunakan pestisida ( fungisida dan herbisida ).
2.         Pengolahan lahan 
Pengolahan lahan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan traktor atau alat pertanian yang memadai, setelah itu dilakukan pembuatan bedengan sesuai kebutuhan dan standar budidaya. Jika lahan yang akan di tanami kurang subur, sebaiknya setelah pengolahan awal di tambahkan pupuk  kandang / kotoran hewan ( kambing dan sapi ) yang telah matang dan siap pakai. sekedar  tambahan bahwa setiap 1 ha lahan membutuhkan sampai dengan  2-3 ton pupuk kandang. Lalu saat pembuatan bedeng pupuk kandang di campur dengan tanah.
3.         Penyiapan benih dan pembuatan bibit
Benih yang disiapkan merupakan benih unggul yang laku di pasaran, sedangkan untuk kegiatan budidaya perlu disiapkan bibit siap tanam. Agar benih dan bibit tidak diserang hama maka sebaiknya menggunakan waring sebagai pelindung. buatlah rumah bibit/ tempat persemaian yang dapat digunakan beberapa tahun ke depan.
4.         Pemeliharaan :
Penyiangan dilakukan dengan menggunakan alat pertanian seperti pacul dan sabit, jangan menggunakan herbisida.
5.         Pengendalian hama dan penyakit 
Untuk pengendalian hama dan penyakit dapat di gunakan air rendaman tembakau dan daun pepaya untuk pengendalian serangan kutu, ulat dan walang sangit.
Demikian beberapa teknik budidaya sayuran organik berdasarkan pengalaman kami dalam kegiatan budidaya cabe dan sayuran.
Sekedar share, semoga bermanfaat....